Ramadhan di Bali, membela kesabaran dan hubungan saling beribadah mencari Takjil

Ramadhan di Bali, membela kesabaran dan hubungan saling beribadah mencari Takjil

TEMPO.CO, Ramadhan di Bali, membela kesabaran dan hubungan saling beribadah mencari Takjil Jakarta – Perayaan bulan Ramadhan di Bali menghilangkan keberagaman dan memaknai makna penerimaan.

Pada tahun 2024, hari pertama puasa bertepatan dengan hari raya Nyepi di Bali, dua tradisi yang sangat berbeda namun dapat berjalan bersamaan. Perbedaan nilai toleransi dan rasa hormat membuat umat Islam di Bali merayakan bersama di tahun ini saat Bali sepi. Namun hal ini tidak meniadakan makna dan nilai.

Ramadhan di Bali, membela kesabaran dan hubungan saling beribadah mencari Takjil  Ramadhan telah diadakan selama bertahun-tahun di Bali sejak masuknya Islam di pulau seribu pura, itulah sebabnya masyarakat Bali tetap berpegang teguh pada semua tradisi dan adat istiadat selama bulan puasa Ramadhan. Hasanah Mulia Dewi, salah satu muslimah asal Desa Dalung, Badung, Bali, menjelaskan perbedaan perayaan Ramadhan di Bali: “Saat sahur tiba, biasanya ada anak-anak yang berjalan-jalan, klotekan yang membawakan kendang dan – bangun penduduk setempat. . “Tapi di Bali sepertinya tidak ada, atau mungkin ada sebagian kecil di beberapa daerah,” ujarnya kepada Tempo, Rabu 20 Maret 2024. Hasanah menambahkan. “Karena kita juga perlu memerhatikan lingkungan kita, agar jangan sampai terjadi hal yang demikian karena ingin sahur sehingga mengganggu waktu tidur orang lain.” Sementara pantauan Tempo.co di Bali, riuhnya acara berburu takjil tidak meninggalkan Bali di kalangan umat beragama. Pada sore hari, pasar dan pinggir jalan Bali akan dipenuhi penjual takjil, dan diadakan acara berbagi makanan masyarakat. “Kalau sore banyak yang berjualan, jadi kita bisa berburu takjil,” ujarnya.

Hasanah mengatakan, program ibadah umat Islam juga melibatkan umat Hindu. “Kalau salat tarawih, umat Islam sering kali fokus pada ibadah, mengumpulkan dan menjaga kenangan saudara-saudara kita yang beragama Hindu, dan kemudian, saat salat Idul Fitri.

Perayaan bulan puasa Ramadhan di Bali memiliki warna tersendiri dan menjadi inspirasi untuk meningkatkan kualitas diri, mempertebal kesabaran dan waktu untuk saling berbagi kebahagiaan.

Ini memiliki masjid tertua di Bali

Bagi masyarakat muslim Bali, Desa Gelgel memiliki masjid tertua di Bali bernama Masjid Nurul Huda yang terletak di Desa Gelgel, Klungkung, Bali. Tidak ada indikasi bahwa tempat ibadah ini berbeda dengan masjid secara keseluruhan. Kondisinya bagus dan merupakan bangunan baru. Namun menara setinggi 17 meter itu masih ditutup. Selain itu, cukup klik di pintu depan. “Sudah direnovasi dan tidak ada bangunan tua yang tersisa,” lapor Tempo, penjaga masjid.

Masjid pertama dibangun pada akhir abad ke-13 dan menandai masuknya Islam ke Pulau Dewata. Sejak tahun 1970-an, renovasi terus dilakukan hingga saat ini dan menjadi masjid yang indah.

“Yang tersisa (dari zaman dulu) hanyalah mimbar,” kata salah satu imam masjid. Di dalam masjid terdapat mimbar kayu berukir di depan khatib.

Di sekitar masjid juga terdapat komunitas muslim. Kepala keluarga yang ada sekitar 300 orang, saat ini tentunya tidak hanya warga Bali saja yang tinggal di desa tersebut, ada juga orang asing, banyak yang beragama Islam. Masjid ini terletak di Jalan Waturenggong yang merupakan jalan utama Kampung Gelgel. Di ujung jalan terdapat pura dengan penjor di depannya. Kehidupan umat Islam dan Hindu berjalan dengan baik.

Selain itu, di samping dan sekitar masjid, Anda akan menemukan toko-toko berlabel halal. Pilihlah makanan khas Bali, seperti nasi campur yang diyakini aman disantap umat Islam.

admin

Comments are closed.